Kanjeng Ratu Kidul penguasa Pantai Selatan, adalah sosok legendaris yang sangat dikenal oleh masyarakat di Pulau Jawa dan Bali. Hampir di sepanjang pesisir selatan Jawa, masyarakat sangat mengenal kisah Kanjeng Ratu Kidul dalam beragam cerita dan versinya. Tak hanya di Pulau Jawa, masyarakat di Pulau Bali juga mengenal akan keberadaan sosok cantik sang penguasa Laut Selatan yang bergelora. Seperti halnya Kanjeng Sunan Kalijaga, Ratu Pantai Selatan juga digambarakan sebagai sosok spiritual penjaga tanah Jawa.
Lukisan Kanjeng Ratu Kidul/Pantai Glagah, Kulonprogo
DOTGO.ID. Legenda. Pantai Selatan atau Samudera Hindia, adalah sebuah samudera raya yang terkenal karena keganasan ombaknya. Lautan maha luas ini membentang dan menjadi batas Pulau Jawa di bagian selatan. Berbeda dengan Laut Jawa di bagian utara yang relatif lebih tenang, laut selatan memang terkenal mengundang marabahaya.
Karena tinggi gelombang dan ketidak ramahannya, masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa lantas menghubung-hubungkan keganasan Samudera Hindia dengan sosok Ratu Kidul sang penguasa pantai selatan. Terlebih, Laut Kidul juga kerap menelan 'korban jiwa' baik dari para nelayan maupun wisatawan yang hilang terseret arus gelombang lautan.
Bagi sebagian masyarakat di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Timur, Ratu Kidul digambarkan sebagai sosok jelita yang merupakan pasangan spiritual dari raja-raja Jawa Dinasti Mataram. Sementara di Jawa Barat, masyarakat juga mengenal legenda Nyi Roro Kidul yang merupakan seorang puteri dari Kerajaan Sunda yang berubah wujud.
Dalam legenda masyarakat Sunda disebutkan, Nyi Rara Kidul adalah seorang puteri keraton Pajajaran atau Kerajaan Sunda yang diusir oleh ayahnya karena pengaruh dari ibu tirinya. Saat merasa putus asa, puteri jelita asal Tatar Sunda ini mendapat bisikan gaib untuk terjun ke Samudera Hindia dari atas tebing bebatuan yang curam.
Sejak itu, Nyi Rara Kidul kemudian menguasai laut selatan khususnya di wilayah Pasundan. Legenda puteri Sunda-Pajajaran tersebut hingga kini selalu dikait-kaitkan dengan legenda laut selatan disepanjang pesisir Jawa Barat dari Palabuhan Ratu di Sukabumi, hingga ke Pangandaran.
Sejak itu, Nyi Rara Kidul kemudian menguasai laut selatan khususnya di wilayah Pasundan. Legenda puteri Sunda-Pajajaran tersebut hingga kini selalu dikait-kaitkan dengan legenda laut selatan disepanjang pesisir Jawa Barat dari Palabuhan Ratu di Sukabumi, hingga ke Pangandaran.
Seiring perjalanan waktu masyarakat Jawa Barat juga menyamakan Nyi Rara Kidul dengan Kanjeng Ratu Kidul sang penguasa pantai selatan. Seperti halnya kisah Hercules dalam mitologi Yunani, Nyi Rara Kidul atau Kanjeng Ratu Kidul ini menjadi legenda yang sangat populer hingga saat ini. Ratu Laut Selatan juga menggambarkan kecantikan paras dari puteri-puteri Sunda dan Jawa.
Sementara masyarakat Jawa pada umumnya mengenal Kanjeng Ratu Kidul sebagai ciptaan dari Dewa Ketiga (Kaping Telu). Ratu Kidul digambarkan mengisi kehidupan dunia sebagai Dewi Sri atau Dewi Padi dan juga para dewi alam yang lainnya. Dari dalam istananya di jantung Samudera Hindia, Kanjeng Ratu Kidul digambarkan memiliki kuasa atas gelombang dahsyat laut selatan yang menggelegar.
Legenda Ratu Kidul sendiri mulai sangat dikenal saat Panembahan Senopati dari dinasti Mataram konon menjadi pasangan spiritual Kanjeng Ratu Kidul. Sejak itu, penerus trah Mataram yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta tetap memiliki 'hubungan' dengan penguasa laut selatan tersebut. Baik Sultan Yogya maupun Surakarta, keduanya dipercaya sebagai pasangan spiritual Kanjeng Ratu Kidul.
Menurut beberapa catatan, Sultan Hamengkubuwono IX pernah menceritakan pengalaman pribadinya saat melakukan pertemuan spiritual dengan Ratu Kidul. Konon, Ratu Kidul bisa berwujud seperti wanita muda yang cantik saat bulan purnama, dan berubah menjadi wanita tua di waktu lainnya. Sementara Keraton Surakarta mengenal Ratu Kidul dengan sebutan Kanjeng Ratu Ayu Kencono Sari dan dipercaya bisa berubah wujud berkali-kali dalam waktu sehari.
Pertemuan spiritual antara keturunan raja-raja Mataram dengan Ratu Kidul juga pernah dialami oleh Pangeran Diponegoro. Dalam babadnya, Pangeran Diponegoro menuliskan, dirinya pernah bertemu sebanyak dua kali. Dalam pertemuan terakhir di tepi sebuah sungai di Kulonprogo, Pangeran Diponegoro yang saat itu sedang mengobarkan peperangan menyebutkan, Ratu Kidul menawarkan diri untuk mengusir Belanda.
Namun demikian, Diponegoro menolak karena tak mau meminta bantuan selain kepada Allah SWT. Sang Pangeran ingin menunjukan bahwa dirinya adalah seorang muslim sejati meski terlahir dari keluarga bangsawan Jawa yang memiliki 'hubungan khusus' dengan Ratu Kidul. Baca: Kisah Pertemuan Pangeran Diponegoro dan Ratu Kidul
Namun demikian, Diponegoro menolak karena tak mau meminta bantuan selain kepada Allah SWT. Sang Pangeran ingin menunjukan bahwa dirinya adalah seorang muslim sejati meski terlahir dari keluarga bangsawan Jawa yang memiliki 'hubungan khusus' dengan Ratu Kidul. Baca: Kisah Pertemuan Pangeran Diponegoro dan Ratu Kidul
Hingga saat ini, eksistensi Kanjeng Ratu Kidul masih tetap diyakini oleh sebagian masyarakat. Beberapa diantaranya bahkan tetap melakukan ritual tradisional kuno yang sudah berlangsung turun temurun dan didedikasikan untuk penguasa pantai selatan tersebut.
Selain itu, dikenal pula adanya larangan mengenakan pakaian berwarna hijau saat berada atau mandi di laut selatan. Konon penguasa pantai sangat menyukai warna tersebut dan tak menyukai jika ada orang lain yang mengenakannya. Namun larangan mengenakan pakaian berwarna hijau juga sangat mungkin untuk mempermudah pencarian saat ada korban tenggelam atau terseret arus. Laut selatan sendiri memang berwarna kehijauan dan akan sangat sulit menemukan korban yang mengenakan warna serupa.
Meski dunia modern menyebut larangan mengenakan pakaian warna hijau bertujuan untuk memudahkan pencarian korban, jauh di masa lampau sudah ada naskah kuno yang menceritakan hubungan antara pakaian berwarna hijau dengan Ratu Kidul. Dalam Serat Centhini disebutkan, Gusti Kanjeng Ratu Kidul memiliki kain dodot (selendang) panjang berwarna hijau yang di tengahnya berwarna putih dan berperada emas, atau dalam bahasa Jawa disebut kampuh gadhung mlati.
Namun meski keyakinan sebagian masyarakat begitu kental terkait penguasa laut selatan, banyak sejarawan yang meyakini hal tersebut hanya sebuah kisah yang sengaja diciptakan untuk memperkuat posisi raja-raja Jawa era Mataram maupun raja Kerajaan Sunda beberapa abad sebelumnya. Dengan digambarkan memiliki hubungan khusus dengan Ratu Kidul, posisi para penguasa tanah Jawa tersebut memiliki legitimasi yang kuat dan mengakar.
Budaya Mataram Islam juga menganggap Ratu Kidul memiliki peran yang hampir sama dengan Sunan Kalijaga, yaitu sebagai penjaga spiritual tanah Jawa. Menurut banyak kalangan, hal tersebut menunjukan perpaduan budaya yaitu peninggalan leluhur Jawa dan peradaban Islam pasca Walisanga.
Sebelum era Mataram, masyarakat Jawa memang sudah mengenal adanya penguasa Laut Kidul, yang merupakan perwujudan dari puteri Majapahit. Legenda Kencono Wungu atau Dewi Nawang Wulan adalah beberapa diantaranya. Sementara masyarakat Sunda menganggap Ratu Kidul adalah perwujudan dari puteri Kerajaan Sunda-Pajajaran semasa Prabu Mundingwangi.
Di sepanjang pesisir selatan Jawa khususnya di Yogyakarta, sosok Ratu Kidul memang sangat fenomenal. Hingga kini, cukup banyak sejarawan maupun ahli supranatural yang mencoba untuk menguak misteri kekuatan mistis Kanjeng Ratu Kidul yang melegenda. Lebih dari itu, legenda penguasa pantai selatan juga tetap mengundang sejuta tanda tanya, mitos atau fakta? mch
Budaya Mataram Islam juga menganggap Ratu Kidul memiliki peran yang hampir sama dengan Sunan Kalijaga, yaitu sebagai penjaga spiritual tanah Jawa. Menurut banyak kalangan, hal tersebut menunjukan perpaduan budaya yaitu peninggalan leluhur Jawa dan peradaban Islam pasca Walisanga.
Sebelum era Mataram, masyarakat Jawa memang sudah mengenal adanya penguasa Laut Kidul, yang merupakan perwujudan dari puteri Majapahit. Legenda Kencono Wungu atau Dewi Nawang Wulan adalah beberapa diantaranya. Sementara masyarakat Sunda menganggap Ratu Kidul adalah perwujudan dari puteri Kerajaan Sunda-Pajajaran semasa Prabu Mundingwangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar